Sebagai orang yang selalu ingin mempelajari hal baru, salah satu tantangan menarik adalah mempelajari bahasa baru. Memang bahasa daerah memiliki tantangannya sendiri, mandarin juga menarik untuk dipelajari lebih dalam. Lalu setelah mempertimbangkan fakta saya suka kulineran, saya teringat ada negara yang dijadikan kiblat mayoritas restoran fine dining di dunia, yaitu Prancis!
Ketika berpikir untuk membeli beberapa buku pelajaran bahasa Prancis, tetiba teringat, di zaman sekarang ini, kenapa tidak melihat aplikasi HP dulu? Sekarang banyak sekali pilihan aplikasi bahasa, bahkan ada yang gratis. Cari… cari… akhirnya ketemu yang review-nya oke, Duolingo!
Maka dimulailah petualangan pertama mempelajari bahasa Prancis, tahapan pembelajaran di Duolingo cukup jelas. Kita Step by step dibimbing dari kata yang paling sederhana sampai ke kalimat yang kompleks. Setelah beberapa minggu ber-Duolingo saat jam istirahat, merasa agak pede untuk menonton film pendek bahasa Prancis yang ada di Youtube. Hasilnya? Wah, kacau, hanya kata-kata yang umum bisa didengar telinga saya. Baru sadar bahwa pembicara di Duolingo tentu saja melambatkan pengucapan mereka agar lebih mudah dimengerti. Kalau tulisan masih pede, tapi kalau mendengar percakapan antara 2 orang native Prancis? Langsung kalang kabut!
Maka dimulai kembalilah pencarian solusi. Paling masuk akal ya kursus bahasa Prancis. Di Indonesia ada, misalnya Institut Francais D'Indonesie(IFI) dan Alliance Francaise. Keduanya memberikan pilihan paket yang cukup komprehensif. Baik bagi pemula yang cuma ingin sekedar belajar pembendaharaan kata, maupun profesional yang suatu saat ingin bekerja dan hidup di sana. Sistemnya menarik, dan review-nya juga bagus. Tapi kendala cuma satu, jadwal kegiatan yang tetap(tidak fleksibel), bagi pekerja di Jakarta ini tentu menjadi nilai plus. Tetapi bagi pekerja yang sering dinas luar kota seperti saya, ini sulit, apalagi kalau tidak bisa datang akhirnya bisa hangus. Jadi batal karena sayang biayanya.
Adapun kantor saya cukup fleksibel kalau saya izin cuti panjang untuk pendidikan, tapi tetap saja akan banyak tawaran dinas seandainya saya tetap berada di Jakarta. Saat itulah, terbersit suatu ide gila di kepala saya. Kalau memang begitu, kenapa tidak belajar bahasa di negara asalnya saja sekalian? Toh, dari menonton film pendekpun saya masih merasa tidak percaya diri, apalagi solusinya kalau bukan ke negara aslinya langsung.
Pilihannya ternyata banyak sekali. Prancis ternyata sudah sejak lama menjadi negara tujuan pelajar internasional untuk memperdalam ilmu mereka. Dari beberapa institusi yang saya temukan, menurut saya Institut Europeen de Francais(IEF) yang menarik, lokasinya tidak di Paris, tapi Montpellier, yaitu kota di Prancise Selatan. Kelemahan kalau belajar di ibukota Paris adalah, biaya relatif lebih mahal, dan mayoritas penduduk sedikitnya paham bahasa Inggris, jadi kita relatif tidak terlalu "terpaksa" untuk menggunakan bahasa Prancis. Lain halnya jika kita di kota kecil, yang masih kaya dialek dan budayanya kental.
Saya nekad mengirim email ke kontak mereka, bertanya minimal harus berapa lama tinggal di situ, akomodasinya bagaimana, biaya apa saja yang sudah termasuk di brosur. Ternyata langsung dibalas oleh staf atas nama Eugenie. Dia membalas pertanyaan-pertanyaan saya dengan detail dan sabar(padahal belum tentu saya memutuskan akan ke sana). Dari komunikasi, ternyata cocok dan saya tidak menemukan kendal yang berarti. Maka semakin bulatlah keputusan saya untuk berangkat ke sana.
Dari situ, dimulailah petualangan saya membuat Visa Schengen, yang detailnya akan saya buat di post lain(ternyata prosesnya simpel kok, cuma persyaratan saja pastikan lengkap).
Petualangan saya di Montpellier, Prancis akan kita lanjut di bagian [2] ya, selamat bertualang!
Catatan Kaki:
Comments